jalan-jalan hari ketiga, selfie time.. |
Kendalanya
hanya di budget dan waktu yang begitu mepet. dengan estimasi harga tiket kapal
atau pesawat, belum lagi ditambah makan dan hotel, lalu oleh-oleh, jajan dan
lain sebagainya, setidaknya butuh 6 bulan persiapan untuk mengatur semua,
khususnya untuk menabung.
Uang
saku perorang untuk ekspedisi belitung dua hari satu malam sekurang-kurangnya
membutuhkan tiga juta, itu sudah termasuk tiket pesawat, hotel, makan,
transport dan sebagainya. bagi saya pribadi mungkin tidak terlalu sulit, tapi pikirkan
simanis Nashwa dan Farrel diTambah Ibunya yang juga menjadi tanggungan.
budgetnya pasti akan semakin membengkak bukan???.. hahaha.. dengan gaji Kantor
standar UMP dan pola hidup kami yang sederhana, sepertinya cara menyiasatinya
adalah dengan persiapan yang matang, sistematis dan terstruktur, libatkan POAC
(Planning Organizing Actuating Controling), dan pegang teguh teori ekonomi
liberal dan demoktratis.. hahahaha.
Dengan
pertimbangan tersebut, dua minggu sebelum mamah, dan ketiga adik saya datang ke
Bangka kamipun merencanakan perjalanan kami di Negeri Serumpun Sebalai, yaitu
berkeliling lima Kabupaten Kota yang ada di Pulau Bangka saja, solutif, aman, terkendali.
Yang penting tujuan tercapai dan menang banyak. Hahahah
Pasir Padi
Pangkalpinang memang tidak masuk rencana jalan-jalan kami, toh kita tinggal diKota ini dan cukup jalan masing-masing saja untuk mengunjungi destinasi wisatanya. contohnya pasir padi. Datang kepantai ini bersama Riana dan Mila, bukan dalam suasana lebaran tapi ini kami kerjakan pada saat bulan ramadhan tepatnya enam hari sebelum lebaran, (sayang saja kalau dilupakan).
Pangkalpinang memang tidak masuk rencana jalan-jalan kami, toh kita tinggal diKota ini dan cukup jalan masing-masing saja untuk mengunjungi destinasi wisatanya. contohnya pasir padi. Datang kepantai ini bersama Riana dan Mila, bukan dalam suasana lebaran tapi ini kami kerjakan pada saat bulan ramadhan tepatnya enam hari sebelum lebaran, (sayang saja kalau dilupakan).
Setelah
saur bersama dan shalat subuh, niatnya pengen tidur lagi. Tapi tekad makin
bulat buat datang ke Pasir Padi, pas liat kondisi langit timur dari lantai tiga
rumah bibi, langsung tersirat dipikiran saya "ini waktu yang pas buat nungguin sunrise" dibarengi anggukan optimis.Kondisi
saat itu memang cerah. Langit bagian timur tempat keluarnya matahari terlihat
seksi dengan gradasi warna gelap subuh dan sedikit orange diujung bawahnya.
Tanpa
berfikir panjang, saya langsung menculik niat tidur Mila dan Riana yang pagi
itu sedang lenjeh-lenjeh dikasur. Dan
merubah niat mereka menjadi Mengejar Matahari pagi di Pasir Padi. Wkwkwkwk.
Setelah sepakat dengan tujuan untuk melihat sunrise kami bergegas mempersiapkan diri, Mila Ngeluarin Yi Cam-nya tapi gak jadi, Riana langsung pilih-pilih baju, Mila mulai bingung harus pake kostum apa kepantai?!, kerudung warna apa??!, dan jaket model gimana yang pas buat berfoto sunrise dengan latar pantai??!!,. Jiahahaha suasana pergolakan batin saat itu semakin meriah, sodara-sodara!!.
Saya masih konsisten dengan kaos hitam yang saya kenakan pada hari sebelumnya dan memakai celana adat sunda sepaket dengan tali kepalanya. Untuk sekedar Post di Path penampilan ini saya kira tidak begitu memalukan, hehe.
Setelah sepakat dengan tujuan untuk melihat sunrise kami bergegas mempersiapkan diri, Mila Ngeluarin Yi Cam-nya tapi gak jadi, Riana langsung pilih-pilih baju, Mila mulai bingung harus pake kostum apa kepantai?!, kerudung warna apa??!, dan jaket model gimana yang pas buat berfoto sunrise dengan latar pantai??!!,. Jiahahaha suasana pergolakan batin saat itu semakin meriah, sodara-sodara!!.
Saya masih konsisten dengan kaos hitam yang saya kenakan pada hari sebelumnya dan memakai celana adat sunda sepaket dengan tali kepalanya. Untuk sekedar Post di Path penampilan ini saya kira tidak begitu memalukan, hehe.
Inilah
budaya masa kini, sadar nggak sadar kita sedang berkubang dalam rayuan Narsisme
dengan media sosial sebagai etalasenya. biarin aja lah.. namanya juga masa kini. LOL.
banyak
tekad yang kami bulatkan pagi itu, pertama tekad untuk mengorbankan waktu tidur
pagi kami untuk melek nungguin matahari pagi dipantai Pasir padi, kedua tekad jika
kostum kami saat ini adalah kostum terbaik menyambut sunrise, dan terakhir,
tekad untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya stok foto narsis yang bisa kami
share dijejaring sosial kapan saja. Hidup tekadddd!!!!
akhirnya
kami pergi kepasir padi dengan menggunakan motor, dan itu hanya satu motor. Saya
fikir saat itu kami persis kayak cabe-cabean dan satu terong yang pulang subuh
dari kelayapan semaleman. Masih pukul 05. 05 WIB, udara segar masih menyelimuti
daerah kolong ijo hingga air itam, kami tak bergeming dengan rasa dingin yang
sejak keluar dari rumah bibi tadi begitu akrab menyambut.
Dengan
yakin kami ngebut naik motor bertiga, dan menerabas rasa dinginnya pagi saat
itu, Sekilas kami memang terlihat begitu teguh menjaga tekad kami, sebenarnya
kami hanya tidak mau membuang percuma waktu leha-leha kami demi sunrise yang
telat kami dapatkan. Tapi beruntung tiba di Pasir Padi dengan selamat dan
matahari tengah naik perlahan dari laut.
Disebut
Pasir Padi karena warna Pasirnya yang putih dan mirip dengan buliran padi, ini
adalah ikon wisata pantai dari Pangkalpinang, jangan berharap bisa datang
kesini dengan angkutan umum, khususnya angkot. Karena rute angkot hanya di
jalur utama daerah Air Itam, untuk masuk ke arah pantainya sepertinya kita
harus pandai bernegosiasi dengan pak supir dan menentukan harga yang pas agar
bisa diantar sampai ke pantai. Itu pun jika penumpang lain tidak keberatan.
Intinya pakai saja kendaraan pribadi, titik.
Akhirnya Sampai Dipasir Padi |
sunrise at sandrice beach |
belum tau nama pulau ini, tapi pulau kecil ini jadi spot sunrise andalan dipasri padi |
Mudah-mudahan pagi itu ada pahala yang kami dapatkan dari kunjungan kami ke pantai pasir padi yaitu pahala bersyukur, dan yang kedua pahala ber-tahmid memuji nama sang Pencipta karna takjub akan kekuasaan-Nya... (insyaAllah segala niat ibadah di bulan ramadhan walau sedikit akan dicatat sebagai pahala, amiiiiinnnn).
Hari Ketiga Bangka Tengah
Tiga
hari, tiga kabupaten, hanya bangka selatan yang tidak kami kunjungi, bukan
hanya jarak yang menjadi alasan, tapi destinasinya saja yang hampir sama dengan
liburan kami pada hari sebelumnya. Jika berkunjung ke Bangka Selatan Khususnya
Toboali, sepertinya lagi-lagi pantai yang akan menjadi destinasi kami, sedangkan
itu sudah kita dapatkan di Pulau Putri atau Pasir Padi, belum lagi potensi
kuliner khas UMKM atau industri rumahan unggulan dari kota Toboali yang kami
kawatirkan belum beroprasi karena masih dalam suasana lebaran, padahal banyak
produk kuliner yang ingin kami lihat proses pembuatannya seperti terasi, getas,
kricu, hingga kemplang khas toboali. Tidak mungkin juga datang ke pulau-pulau
eksotisnya seperti kelapan, pongok, dan celagen, karna keberadaan kapal dan
jarak yang menjadi alasannya. Sebenarnya ada satu sih yang membuat penasaran di
Toboali yaitu batu belimbing, tapi sayang saja untuk jarak yang hampir sama
dengan bangka barat tujuannya hanya untuk melihat batu belimbing. Mungkin ada
yang bisa tolong tambahin destinasi Di Bangka Selatan yang belum pernah saya
kunjungi?.
Agar
lima kabupaten kota di pulau bangka ini berhasil kita eksplor akhirnya dihari
ketiga, kami putuskan untuk ke Bangka
Tengah dan juga tetap ke bangka selatan, bukan Di Toboali tapi di perbatasan yaitu tempat dimana
Kolong Biru yang terkenal itu berada.
Penampakan di Hutan
Pelawan
Kalau
Hari sebelumnya kita berangkat subuh, dan cenderung pagi, pada hari terakhir
ini kami berangkat agak siang sekitar pukul sembilan. Target kunjungan kami
juga tidak begitu banyak, Hutan Pelawan di Desa Namang dan Kolong Biru Atau Air
Bara diperbatasan kota Koba.
Sebelum berangkat kita memang sudah mempersiapkan makan siang untuk kita santap di Pantai Terentang. Dan kamipun berangkat pagi itu, mamah kebetulan tidak ikut, beliau lelah setelah dua hari sebelumnya berkeliling di Belinyu dan Juga Mentok, hanya keluarga kecil saya, Mila, Riana, Novia dan saudara dari Palembang Hasyim.
Sebelum berangkat kita memang sudah mempersiapkan makan siang untuk kita santap di Pantai Terentang. Dan kamipun berangkat pagi itu, mamah kebetulan tidak ikut, beliau lelah setelah dua hari sebelumnya berkeliling di Belinyu dan Juga Mentok, hanya keluarga kecil saya, Mila, Riana, Novia dan saudara dari Palembang Hasyim.
Sekali
lagi, Menyewa mobil lebih aman daripada menggunakan transportasi umum seperti
bus atau angkot, resiko tidak ontime cukup besar. Dengan penduduk Babel
yang sekitar 2 jutaan kendaraan pribadi
dan sewaan menjadi primadona dibanding angkutan umum. So.. kalau mau keliling pulau Bangka nggak ada salahnya siapkan
budget untuk menyewa mobil dikisaran 500 Ribu rupiah. Sudah dapat mobil, supir
dan bensin, tapi itu tergantung kesepakatan dengan penyedia jasa rental mobil.
Kurang
dari Satu Jam kami pun tiba di Hutan Pelawan, seperti biasa Nuansa khas ala
hutan dan alaminya begitu kental setiap saya masuk ke Taman keanekaragaman
hayati ini. Kicauan burung, cekikikan tupai (mudah2an
saya gak salah kalau tupai bunyinya cekikikan) dan sautan jangkrik hutan
menambah keasrian hutan ini.
Tidak heran jika tempat ini Menjadi andalan wisata hutan di desa namang tempat ini juga sekaligus menjadi ikon dari kabupaten bangka tengah, tulisan lain tentang hutan pelawan pernah saya post di D'Uliners.
selfi sama Ayang.. |
Tidak heran jika tempat ini Menjadi andalan wisata hutan di desa namang tempat ini juga sekaligus menjadi ikon dari kabupaten bangka tengah, tulisan lain tentang hutan pelawan pernah saya post di D'Uliners.
Dampak
dari seringnya syuting disini membuat saya menjadi lebih mengenal tentang
keberadaan hutan pelawan dan potensinya, pas banget waktu ditanya sama mila,
riana dan novi tentang apa, kenapa, bagaimana, berapa, dan pertanyaan lainnya
tentang hutan pelawan. Pas banget bisa nimpalin dan lumayan bisa jawab walau
ada saja yang lupa.
Nashwa
dan Farrel terlihat senang berlarian di Rute Jalan yang membelah hutan.
Pemerintah sepertinya mempersiapkan betul rute-rute ini sehingga begitu nyaman
untuk dilalui, mudah-mudahan dapat dijaga dengan baik oleh pengunjung dan tidak
cepat rusak.
Berbeda
dengan apa yang saya lihat, Mila malah melihat sisi lain dari hutan pelawan,
dan sisi itu memang tidak pernah saya lihat sama sekali selama saya
berkali-kali syuting disini.
trek ini asik buat jalan-jalan, belum lagi udara sejuknya, makin muwanteppps. |
Syaida
Karmila Sandi, Adik saya yang pertama ini memang beda dari dua adik saya yang
lainnya yaitu Riana Milan Sari Dan Novia Nurmalasari. Jelas ketiganya memiliki
kelebihannya masing-masing. Mila punya intuisi yang kuat dan kemampuan
merasakan kebaradaan hal lain yang tidak dirasakan orang kebanyakan. seperti
melihat jin dan merasakan keberadaannya.
Pernah
suatu ketika adik saya ini menjadi sasaran amukan jin yang sedang merasuki
teman sekosannya, katanya jin ini merasa terganggu dilihat oleh adik saya.
Untung tidak ada serangan fisik atau lain sebagainya. Meski pada akhirnya jin ini
keluar dari tubuh yang dirasukinya tapi katanya jin ini terus mengikuti teman
sekosan Adik saya ini.
kejadiannya
saat kami tiba di pondok yang ada ditengah hutan pelawan, Mila melihat ada
seorang anak kecil berlari menuju jembatan orange dan menghilang begitu saja.
Padahal saya tidak melihat itu sama sekali. Tidak lama setelah itu lalu
tiba-tiba hujan... yah emang udah mendung dari pertama kami masuk sih, jadi
nggak ada kaitannya, pas aja
kejadiannya, waktu Mila lihat ada sosok penampakan anak berlari dan menghilang terus hujan turun. kami pun berteduh.
percaya
nggak percaya, itulah yang adik saya bilang, saya hanya bisa mendengarkan saja. kita memang diciptakan
berdampingan, dan ditakdirkan untuk hidup di dunia yang sama tapi alam yang
berbeda. nggak ada niat nakut-nakutin kok. Hehe
hujan
cukup lebat saat itu, baru kali ini saya kehutan pelawan dan diguyur hujan,
untuknya ada pondok atau gazibu ditengah hutan, dan kami sekeluarga aman
berteduh disini.
Setelah
hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke jembatan orange yang menjadi ikon
dari hutan pelawan, agak sedikit licin
melewatinya jadi perlu hati-hati. Rierie
langsung photo-foto, istri tercinta juga nggak mau ketinggalan, nggak sah
kayaknya kehutan pelawan kalau nggak foto di jembatan orange ini.
Biasanya
ada monyet berkeliaran di hutan ini, mungkin hujan membuat monyet-monyet ini
tidak berani keluar, selain monyet aneka ekosistem hewan juga banyak hidup
dihutan pelawan mulai dari burung Tarsius dan lain sebagainya, hanya saja kita
perlu bersabar untuk dapat melihat hewan-hewan itu. Yang saya tahu, pada
perjalanan saya bersama keluarga kali ini mereka hanya mengeluarkan suaranya
saja dibanding rupanya.
pose andalan Mila |
ririe (Riana Milan Sari) |
Ummu Farrel & Nashwa |
Sang Penakluk Hati (yang digendong) |
Perjalanan
dihutan pun kami lanjutkan hingga memutar kegerbang utama, dan kami akhiri
untuk segera berangkat ke destinasi selanjutnya.
Pantai Terentang
Puas
berkunjung di hutan pelawan kamipun beristirahat sejenak untuk sholat dan makan
siang di pantai terentang. Pantai ini memang menjadi ikon dari kota Koba, jika
anda dari Pangkalpinang letaknya tepat
disepanjang jalan utama Pangkalpinang -Koba sebelah kiri menuju gapura selamat
datang kota Koba.
Dari Hutan pelawan ke pantai ini sekitar 15 menit, insyallah itu durasi bersih ya.. bahkan bisa lebih cepat, maklum hampir seluruh jalur di Pulau Bangka Belitung bebas macet.
Dari Hutan pelawan ke pantai ini sekitar 15 menit, insyallah itu durasi bersih ya.. bahkan bisa lebih cepat, maklum hampir seluruh jalur di Pulau Bangka Belitung bebas macet.
Setelah
memarkirkan mobil kami segera mencari tempat santai dipinggir pantai..
Beberapa
warung yang biasa berjualan disepanjang pantai ini kebetulan ada yang buka,
saya langsung memesan delapan es kelapa untuk diminum usai makan nanti.
Bagian
Pantai yang berhadapan dengan Waterboom pernah menjadi tempat
diselenggarakannya event gerhana matahari total, baru-baru ini bahkan menjadi
tuan rumah penyelenggaraan olahraga panjat tebing tingkat Nasional, pemerintah
kabupaten Bangka tengah sepertinya
konsen betul untuk promosi wisata wilayahnya. Semoga saja dapat memberikan efek
positif bagi masyarakat sekitar.
farrel dan Nashwa Di Pantai Terentang. |
Dengan
Lempah kuning, sedikit otak-otak sisa lebaran dan kemplang ikan, kami pun
begitu konsentrasi menyantap hidangan yang kami bawa dari rumah, Farrel dan
Nashwa lebih memilih main di pesisir pantai dibanding makan siang, ibunya cukup
kerja keras mengawasi keduanya, saya pun begitu.. walau lebih banyak lahapnya
dibanding nontonin dua krucil itu. Saya pikir pantai terentang cukup bersahabat
dengan anak-anak, gelombang ombak yang ada saat itupun tidak begitu tinggi,
belum lagi pesisirnya yang landai, Farrel dan nashwa dapat bebas nyemplung
kalau diperlukan.
Air Barra
Sesuai
jadwal tujuan kami selanjutnya adalah kolong biru atau yang dikenal dengan air
Barra. Letaknya diperbatasan antara kota Koba dan kabupaten Bangka Selatan.
Dari terentang kita tinggal lurus saja kepusat kota Koba dan menyusuri jalur menuju
gapura perbatasan Koba, bukan ke arah kecamatan lubuk besar ya.
Keluar dari jalan utama kami pun menyusuri jalan tanah merah untuk sampai ke Kolong ini, berbeda dengan kunjungan saya sebelumnya akses jalannya ternyata semakin parah, rusaknya. Mungkin karena hujan dan banyaknya kendaraan pengunjung yang lalu lalang disini. Bahkan ada jalur memotong keluar rute karena rute utamanya rusak parah.
Keluar dari jalan utama kami pun menyusuri jalan tanah merah untuk sampai ke Kolong ini, berbeda dengan kunjungan saya sebelumnya akses jalannya ternyata semakin parah, rusaknya. Mungkin karena hujan dan banyaknya kendaraan pengunjung yang lalu lalang disini. Bahkan ada jalur memotong keluar rute karena rute utamanya rusak parah.
Sampai
di Air Barra Nashwa sudah tidur kelelahan, saya terpaksa menggendongnya, farrel
masih asik menikmati perjalanan, tu anak batrenya emang nggak pernah habis.
Mila riana masih asik berfoto dengan pemandangan kolong atau danau kaolin ini.
(tulisan lain tentang danau biru).
Saya
kira akan sepi tapi ternyata diluar dugaan danau ini begitu ramai dikunjungi
pelancong lokal dan luar kota. Bagi istri saya ini kunjugannya yang pertama.
Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Berbagai pose disiapkan untuk berfoto dan
mengenang kunjungan pertamanya ini.
Puas
dengan pemandangan danau kaolin kami pun bergegas pulang, hari ini cukup melelahkan
mungkin efek gendongin nashwa yang tidur dari mulai tiba di danau Kaolin hingga
selesai, dan diperjalanan pulangpun si Gadis kecil ini masih pulas tertidur
cantik.
Berakhir
sudah perjalanan kami di LIBURAN LEBARAN kali ini, semoga ada rencana lain untuk
berpiknik ria mengunjungi destinasi lainnya bersama keluarga kecil tercinta.
Pose Andalan Novia |
Lama
merantau di Bangka, menjalin kedekatan dengan mamah dan adik-adikku sayang di
liburan kali ini jelas bermakna. Kita semakin dekat dan dapat saling mengenang
kebersamaan kita dulu waktu mamah dan almarhum papah, sibuk-sibuknya ngasuh dan
ngedidik kita. tidak terasa kami empat besaudara telah melalui masa-masa kecil,
bandel, nakal dan kini tumbuh melewati semuanya, TERIMAKASIH MAMAH. Maafkan Aa
kalau banyak salah dan kurang berbakti.. hiks
Kayaknya
harus nentuin jadwal kayak gini lagi nih..
biar nggak jadi galau karena kurang piknik.
0 Komentar