Soto Batok Mbah Katro Yang Berhasil Bikin Katro!!

sarapan yang menyejukkan di soto batok mbah katro 
Setelah mendatangi 2 candi di Kecamatan Kelasan dan Prambanan tujuan kami selanjutnya adalah sarapan. Mengisi energi untuk menghadapi rangkaian traveling super padat.

Mas Abim langsung mengajak kami ke tempat yang sebelumnya batal didatangi, yaitu rumah makan tradisional dengan nuansa Jogja yang khas. Apapun itu yang penting wisata kuliner nya harus ada unsur SAWAH-nya.

"Kita sarapan dimana mas Abim?" Tanya saya "Soto Batok Mbah Katro Mas" jawabnya penuh kejutan. Sejak subuh kami berlima sudah merencanakan menjamah Jogjakarta, terlalu pagi memang tapi untung saja ada warung soto yang buka sepagi ini berbarengan dengan rasa lapar yang kompak mendera kami pagi itu. Seperti deretan menu sarapannya orang Indonesia, di kota gudeg ini Soto menjadi menu andalan selain nasi uduk dan bubur ayam.

Saat tiba Mas abim sigap memarkirkan mobil dan kami berlima bergegas turun bersiap masuk ke rumah makan Soto Batok Mas Katro. Ando yang di hari pertama absen jalan-jalan karena urusan kantor hari ini kembali bergabung. Ada 5 lokasi hits di Jogja yang jadi target kunjungan kami. Semoga soto batok bisa menjadi bahan bakar traveling yang pas hari ini. 

Pramusaji menyapa dipintu masuk tanpa basi-basi kami menentukan menu makan, minum hingga cemilan. Selesai bongkar pasang formasi menu, kita bergerak menuju tempat yang kami idam-idamkan, SAWAH. Beruntungnya rumah makan ini diapit pesawahan jadi suasana pagi disini terasa asri dan sejuk. 

Tampak depan soto batok Mbah Katro 



Ada lorong bernuansa pedesaan yang kami susuri. Di kanan kiri terdapat meja makan pengunjung yang langsung menghadap sawah. Ruangan serba kayu dengan secumpuk jagung kering terikat bergantungan menjadi hiasan di sepanjang lorong. Kurang dari satu menit kami sampai di gazebo yang luas bergaya lesehan dan yang paling penting jaraknya hanya satu meter dengan pesawahan. Layaknya generasi milenial kebanyakan kita langsung berfoto. Ini adalah rukun dari setiap urusan jalan-jalan yang musti, harus bin wajib dilakukan.

lokasi yang menjadi inceran saat pertama datang ke Jogja, Pesawahan

Entah kenapa setiap melihat sawah bawaannya pengen gathering ada kesan tradisional dan nuansa ke desa-an mendalam kalau aksi santap kulinernya dilakukan di area pesawahan. Jujur saat itu kita seperti orang katro yang tidak pernah melihat sawah. Harap maklum sejak tinggal di Bangka saya lebih sering melihat pantai, sawah di Bangka adalah pemandangan yang jarang ditemukan apalagi dinikmati.

Yang penting dekat dengan pesawahan 

Tidak lama kemudian soto daging, tempe mendoan, sate usus, telur puyuh dan peyek datang berbarengan. Teh manis panas tidak lupa menjadi hantaran penutup dari kumpulan menu sarapan kami saat itu.  Sesuai namanya soto yang datang disajikan dalam mangkuk batok kelapa  packaging seperti ini berhasil menambah selera makan kami. 

Soto Batok karena ada di Jogja kalau di Sumatra Utara jadinya Soto Batak
Om Husin nampak lebih bernafsu pasalnya menyantap soto kali ini nasinya jelas terpisah. Tidak seperti kemarin yang tercampur dalam satu mangkok, lebih mirip bubur dibanding soto kalau kata Om Husin. .

Mungkin penikmat soto dengan nasi campur begitu menjunjung tinggi asas efektifitas dan efesiensi, untuk apa nasi soto dipisah jika pada akhirnya semuanya akan tercampur saat dikunyah. Tidak bermaksud menyinggung KPSNCI (Komunitas Pencinta Soto Nasi Campur Indonesia) ini hanya asumsi, semoga berbeda selera tetap menyatukan kita. Karena tidak ada yang salah dengan selera selama tidak merugikan.

Porsi nasi full untuk amunisi jalan-jalan hari kedua di Jogja

Wisata kali ini nampaknya akan lebih energik, maklum dorongannya soto ditambah tempe , sate usus dan telur puyuh yang tak henti berdatangan. Saya Adul dan Ando makan keranjingan, yaa kami sedang lapar!!. Chika bahkan harus berulang teriak memanggil pramusaji untuk mengantarkan pesanan tambahan,

"MAS MINTA TAMBAH NASI YA" teriak chika, sekian menit berselang suara chika kembali melengking "MBAK TEMPE SAMA SATE USUSNYA TAMBAH SATU PORSI LAGI YA!!!"  Sampai akhirnya kami terkapar kenyang. "lah kek budu" kalau kata orang Bangka makan kenyang sampai tampang nggak karuan. 

Merasakan langsung sensasi makan dekat pesawahan "chek!!"menikmati kuliner khas yaitu soto "chek!!" juga, tinggal deretan wisatanya yang belum kami kunjungi, candi Prambanan, candi-candi disekitar prambanan dan destinasi lain yang telah kami rencanakan. 

Chika terlihat sumringah melihat bill sarapan kita pagi itu. Ini yang kami rindukan dari Jogjakarta, keramahan masyarakatnya (Mas Abim bisa jadi contohnya) aneka destinasi wisatanya yang populer dan menjadi percontohan dari banyak daerah di Indonesia hingga wisata kulinernya yang sangat ramah dikantong.

harganya memang juaraaaa

Hingga akhirnya mas abim melempar pertanyaan yang membuat kami tertantang untuk berpetualang kembali di Jogja esok hari.

" Mas Fahrul, Sudah pernah ke gunung merapi ??"

Saya dan chika saling melempar pandang kami seolah tahu harus kemana lagi setelah perjalanan melihat candi hari ini.

0 Komentar