Menjajal Puncak Bukit Nenek Via Bukit Batu Kepale


Hamparan batu granit dititik tertinggi Bukit Nenek
Hujan lebat saat itu membuat kami memutuskan untuk berteduh di Gua Batu Kepale. Setengah jam berselang kami pun melanjutkan perjalanan menjajal rute baru yang dua hari sebelumnya sengaja disiapkan Pokdarwis Desa Gudang.  
Turunan curam dan licin kami lalui, sampai akhirnya aliran sungai kecil menghentikan perjalanan. Disini kami beristirahat dan mengisi ulang persediaan air. Usai rehat rombongan kembali dihadapkan dengan tanjakan terjal yang menjadi awal dari pendakian kedua menuju Bukit Nenek.

Pendakian Pertama Di Gua Batu Kepale 
Pendakian pertama kami adalah menuju Bukit Batu Kepale. Di Bukit ini kami Melihat langsung lukisan cadas yang menjadi bukti adanya peradaban manusia purba di Bangka Belitung. Terdapat guratan prasejarah yang diperkirakan sudah ada sejak 3000 hingga 70 tahun sebelum masehi. Obrolan kami bersama pemerhati sejarah Pak Kulul Sari semakin menjelaskan banyak hal, terutama tentang nilai arkeologi yang tinggi dari coretan merah non figuratif di batuan granit Gua Batu Kepale ini.  
Bukit Permisan Simpang Rimba
Bukit Permisan memiliki banyak gugusan bukit, ini karena letaknya yang berbatasan dengan beberapa desa di Kecamatan Simpang Rimba. Dari sembilan gugusan bukit yang ada kami memilih Bukit Batu Kepale dan Bukit Nenek. 
Bukit Nenek adalah representasi dari kekayaan alam dan tradisi masyarakat setempat. Keterikatan yang terjalin antara keduanya menyisakan sejarah dan legenda yang sampai sekarang turun temurun dikisahkan.

"Waktu akses jalan penghubung desa tidak sebagus sekarang bukit nenek adalah tempat favorit warga desa untuk berwisata, di puncak Bukit Nenek juga masyarakat rutin menggelar ritual adat guna mengucap rasa syukur atas kemakmuran desa yang kami rasakan". Ungkap Pak Muslimin, tokoh masyarakat Desa Gudang.

Keasrian Hutan di Taman Wisata Alam Bukit Permisan
Pendakian kami beberapa kali terhenti. Pak Pendi yang saat itu memandu rute menunjukan kekayaan flora yang ada di Bukit Nenek. Tiga diantaranya dimanfaatkan sebagai tanaman obat oleh masyarakat desa. Seperti pasak bumi, jambu hutan hingga pohon gaharu. Kami bahkan mencoba mengolah akar Jambu Hutan yang diyakini mampu menyembuhkan maag dan alergi. 
Rasanya tidak sepahit pasak bumi, kecut tapi menyegarkan. Air rebusan akar jambu hutan yang saya teguk saat itu berhasil menambah stamina untuk kembali menjelajah Bukit Nenek.
Proses pengolahan akar jambu hutan bersama Pak Pendi (topi putih merah) tokoh masyarakat Desa Gudang.
Kaki kami-pun menapaki hamparan batu granit yang menjadi penanda puncak Bukit Nenek.  Di 380 MDPL kami disuguhkan pemandangan alam memukau yang membuat kami tertegun, meratapi pendakian melelahkan yang kami lakukan dari pagi hingga sore. Keindahannya menjadi pelengkap yang menyenangkan dari cerita penaklukkan Bukit Nenek via Bukit Batu Kepale.
Melepas lelah Setelah Pendakian Panjang
Hamparan granit di 380 MDPL puncak Bukit Nenek



0 Komentar