Anyaman Humpit Beduri, Sakral dan Sarat Nilai Tradisi

Humpit Beduri, anyaman sarat tradisi

Pagi itu kami datang ke Desa Bencah, menemui Pak Julaili, tokoh adat yang memahami betul warisan budaya bernama Humpit Beduri. Perbincangan saat itu membawa kami pada literatur Panjang tentang bagaimana masyarakat Bencah tempo dulu memaknai Humpit Beduri. 

Humpit itu artinya tempat, dan Beduri artinya duri,” jelas Pak Julaili sambil memperagakan bentuknya dengan tangan. Sejak dulu, Humpit Beduri digunakan sebagai wadah menyimpan ari-ari bayi sebelum ditanam. Ini menjadi tradisi yang sarat makna spiritual dan perlindungan.\

Pak Julaili Tokoh Budaya Desa Bencah

Ari-ari dianggap sebagai hal sakral dan wadah untuk menguburkannya harus istimewa. Maka dianyamlah daun pandan hutan dan dihias duri di permukaannya. Duri memiliki makna simbolis, keberadaannya bukan hanya elemen estetika, tetapi simbol perlindungan spiritual. Dan ari-ari yang disimpan dalam humpit beduri diyakini mampu menjaga bayi dari gangguan makhluk halus.Kepercayaan ini berlangsung sebelum periode Islam, menurut Pak Julaili saat itu dukun menjadi sosok yang sangat sakral dan menjadi tempat bergantung masyarakat Desa.

Perjalanan berlanjut menuju rumah maestro Humpit Beduri. Di depan pintu Nek Minun tersenyum menyambut. Dialah  generasi ke-3 penganyam Humpit Beduri. Usianya sudah 80 tahun, tetapi jemarinya masih lincah menganyam daun pandan hutan dengan ketelitian. Saya juga berjumpa dengan Cik Jannah, maestro generasi ke-4, yang mulai belajar menganyam sejak usia 18 tahun sekarang usianya menginjak 50 tahun. Di tangan mereka berdualah tradisi ini bertahan. Namun obrolan saya  saat itu menyisakan rasa khawatir. Diawali dengan keluhan bahan baku daun pandan yang semakin sulit ditemukan hingga minat generasi muda dalam melestarikan kerajinan ini semakin menurun. 

Nek Minun (kiri) dan Cik Janna, maestro humpit beduri lintas generasi

Humpit Beduri kini berkembang menjadi produk kerajinan rumah dan perabot dapur. Dengan bahan daun pandan yang semakin jarang ditemukan, para penganyam di Desa ini mulai beralih menggunakan tali plastik (strapping).  Ada yang dibuat menjadi wadah bumbu, tempat nasi, mangkuk teluk serjo dan bahkan dikreasikan menjadi kerajinan dekoratif. 

Wadah Nasi Humpit Beduri

Daun pandan atau tali plastik memiliki keunikannya masing-masing. Salah satu maestro Humpit Beduri, Nadira berpendapat makna filosofis dari Humpit beduri tidak berkurang meski dianyam dengan bahan selain daun pandan. Kelebihan bahan baku plastik terletak pada daya tahannya sedangkan daun pandan ada pada originalitas dan fungsinya. Nadira mengaku Humpit Beduri dari daun pandan mampu membuat makanan lebih awet saat digunakan sebagai wadah makanan.

Sampai sekarang masyarakat mulai menemukan cara baru untuk membuat tradisi tetap relevan di masa kini, tanpa menghilangkan nilai magis dan filosofinya.



0 Komentar