PERPISAHAN YANG INDAH DENGAN LAPAR

Rekomendasi Menu Langganan
Hari itu syuting selesai pukul 17.30 dan penutupan syuting ditandai dengan sesi foto bersama salah satu tim baronsai asal Parittiga.

"Kalian mau makan ? " tawar Sugia Kam
"Boleh kita sekalian  mo cari tempat ngopi juga ce" jawab saya. "Okehhh gue ada tempat bagusss" Ajak Ce Sugia.
Nggak pakai lama mobil kami meluncur mulus mengejar Hilux yang ditumpangi Ce Sugia dan Rere.
Dwi sang juru kemudi  begitu deras nan gesit membawa mobil kuda yang kami tumpangi. Mungkin efek lapar.

Masih di Parittiga dan lelah saat itu bikin saya tidak banyak bertanya tentang  lokasi tempat bagus yang dibilang Ce Sugia.
Hingga akhirnya kami tiba dipelataran parkir cafe yang cukup luas. Hanya ada  mobil kami diparkiran ini. Dan pelanggan lain memilih memarkir mobil persis didepan Cafe.

"Saatnya balas dendam!!" saut Yayan sambil membanting pintu mobil. Kami langsung memilih lokasi outdoor. Tepat dibawah pohon seri yang ramai berbuah.
Penataan meja dan kursinya bikin nyaman dan tenteram. Belum lagi barisan lampion bergantungan rapi menahan tatapan kami setiap kali mendongak keatas.
Baiklah, pas rasanya mengoyak lelah di tempat Bagus ini. Dan sampai saat itu saya masih lelah untuk mencari tahu nama dari cafenya.


Nyaman Melepas Lelah
Pelayan langsung merapat bertanya tentang pesanan.  Ce Sugia Merekomendasikan Mie ayam enak yang Mie-nya dibuat langsung didapur cafe.
Kami serempak memesan Mie Ayam Goreng pangsit berkat marketing nya ce sugia. Minus Arif yang lebih memilih Mie Goreng instan tapi dengan topping yang sama. 
Pangsit yang di goreng.
Mie Instan Memang makanan sejuta lidah tidak mengenal ruang dan waktu. Tidak peduli seberapa mil jarak Pangkalpinang ke Parittiga, saat nyangkut di cafe pesennya tetap mie instan. Savage!!.

Sedang lengang menunggu pesanan datang, mata saya terhenti pada sosok gadis imut berbaju merah yang tengah asik bermain Handphone. Dia duduk sendiri dibangku panjang dan ekspresi kesal tersirat jelas diwajah belianya.

Kasihan sendiri. Gumam saya dalam hati.
Dengan niat menjalin silaturahim yang intim sekaligus menambah pundi teman untuk berdiskusi, kakipun melangkah  menghampiri wanita itu.
Meski sungkan saya tetap duduk dibagian kosong bangku panjang. Kami kian berdekatan kurang dari satu meter. Dari samping terlihat rambut hitam wanita ini jelas terurai namun kaku meski angin sepoi saat itu seliweran. 
Lima menit masih hening,  belum ada obrolan. Saya coba memulai dengan  pertanyaan tentang jam. Tapi tidak ada jawaban. Aneh!. Padahal saya hanya menanyakan perihal jam dinding yang barangkali saat itu dipakainya ditangan. 
Wanita imut itu semakin cuek, matanya  larut dengan Smartphone digenggaman. Mungkin nonton tik-tok atau lagi kepoin mantan. Tebak saya. Atau mungkin  tengah galau meratapi sisa kuota yang tinggal belasan mega. 
Yah sudahlah..Bosan menunggu obrolan yang tak kunjung dimulai akhirnya saya  ikutan larut bermain smartphone. Semakin larut.. s-e-m-a-k-i-n l-a-r-u-t dan semakin larut. Dalam hitungan ketiga sayapun terbuai dengan candy crush. Tidak lagi peduli dengan wanita berbaju merah dibangku sebelah.

Spot swafoto ciamik

tiga spot swafoto unik
Ada beberapa spot swafoto menarik yang disiapkan didekat kami.  Semuanya tergambar 3 dimensi, rapi dan terpampang jelas di tiga bagian dinding cafe.
Dan spot swafoto yang paling menarik perhatian saya adalah sosok wanita berbaju merah. Ya wanita imut itu hanya gambar untuk swafoto. weka weka weka!!.

Selain itu setiap susunan meja   dilengkapi colokan listrik. Ini semakin memanjakan pengunjung cafe jika ingin  mengisi daya handphone saat lowbat. Cerdas!! tempat ini bisa jadi idola remaja negara +62 yang menjaga kebutuhan primer milenial masa kini, sandang, pangan dan cassan.

Dari fasilitas yang ada sangat jelas  segmentasi cafe ini adalah remaja hingga dewasa, yang gaul, kekinian, sosial media sangadddd dan penongkrong ulung.
walau kenyamanan dan menu yang disuguhkan membuatnya  cocok juga didatangi rombongan keluarga dan lainnya.


tempat Cassan yang strategis 
Tak lama pesananpun datang. 
Mie ayam Goreng Pangsit lengkap dengan mangkok tambahan berisi kuah panas telah siap diatas meja, aroma keduanya membuat lapar semakin beringas. Lelah syuting ditengah terik matahari Kota Parittiga akan segera berganti kenyang. Dahaga akan diguyur es capuccino, cold chocolate, hingga es Milo Dinosaurus yang menyegarkan.

Ando sumringah,  pecah sudah rasa penasaran yang membatu sejak menu mie pangsit goreng ini dicatat pelayan.
Kejadiannya begitu cepat. Mie langsung diciduk sumpit. Ace sugia dan Rere masih meracik bumbu tambahan. Ayunan botol kecap,  saos hingga sambel dipadu agar serasi dalam selera.
Mia Ayam Pangsit Horeng

Kami berlima  menggulung mie dengan garpu. Yayan ganas mengunyah pangsit. Dari goyangan rahang dan mulutnya terbaca jika rasa mie rekomendasi Ce Sugia ini diatas rata-rata.
sendok terus menyodok kuah sedikit demi sedikit. Hingga sendok tak bersalah itu pun dihempas diatas meja, tangan kanan yayan menyambar mangkuk kua  dan menariknya persis didepan mulut. Isi mangkok kering-kerontang saat mangkok kembali dibanting diatas meja.
Mata Yayan sayu. Kenyang.
Tangannya sibuk mencari tisu. Bersiap menutup acara makan dengan sesi minum.
Milo Dinosaurus dingin nan menyegarkan akan menjadi sasaran haus yayan selanjutnya.

Dan hari itu adalah tentang perpisahan. Berpisah dengan lelah dan lapar yang mendera sejak tengah hari. Dan kami dihadirkan dengan prosesi perpisahan yang menyenangkan. Sangat menyenangkan.
Saat kenyangpun, saya masih belum tahu dimana dan apa nama dari "Tempat Bagus" ini.

"Ayo kita kekebun, orang sudah nyiapin durian dikebun" teriak Ce Sugia.
Kami celingukkan bertanya-tanya tentang petualangan apa lagi yang akan kami hadapi.
Hilux kembali meluncur. Mobil Kuda yang kami tumpangi masih gesit mengawal dibelakang. Mungkin kali ini Dwi penasaran tentang durian.


Saatnya Berpisah Dengan lapar dan Lelah



0 Komentar