Demografi masyarakat desanya begitu beragam dan hidup rukun berdampingan dari mulai Melayu, Jawa, Bugis, Buton hingga Cina. Kombinasi unik untuk sebuah desa diujung barat Pulau Bangka.
Perkenalan saya dengan pantai cantik ini diawali dari kunjungan kerumah kepala desa Teluk Limau Pak Akhyar bersama Danil, Dwi dan Echa. Usai mengobrol tentang maksud dan tujuan kami datang ke desa ini, akhirnya Pak Akhyar bersama ketua Gempala Bang Aswad, mengajak kami mengunjungi beberapa pantai andalan yang rencananya akan dikembangkan menjadi potensi wisata dari desa Teluk Limau. Mulai dari Pantai Perantau hingga Pantai Teluk Bajo dan berakhir di Pantai Siangau.
Pantai Cantik ala Siangau
Pemandangan alami pesisir pantai siangau |
Deretan pohon kelapa menambah khas pemandangan Pantai Siangau. Pasir putih dan biru lautnya juga semakin menguatkan makna cantik yang diyakini oleh masyarakat Desa Teluk Limau. Belum lagi aneka corak batu granit yang berderet memanjakan mata. Beberapa bahkan ada yang berbentuk unik, Tegak panjang menantang langit. Belum tahu nama dari batu granit yang satu ini tapi keberadaannya cukup menyita perhatian saya.
Kadang bebatuan granit dengan ukuran dan bentuk yang unik selalu memiliki nama-nya tersendiri bagi masyarakat, seperti batu bedinding, batu belayar dan lain sebagainnya. Tapi tidak dengan batu tegak yang satu ini, saat saya bertanya kepada warga Teluk Limau sekaligus Ketua Komunitas Gempala, Bang Aswad, juga tidak ada kesepakatan sosial untuk penamaan dari batu granit ini.
Batu Granit |
Pemandangan dari atas batu Granit |
Spot Nongki Anak Teluk Limau |
Selain keindahannya fasilitas bagi pengunjung yang ada dipantai Siangau juga terbilang memadai. Anda tidak perlu takut ketinggalan waktu sholat atau bingung mencari tempat bilas, karena telah dibangun mushola dan fasilitas MCK sederhana dan nyaman untuk digunakan.
Fasilitas Mushola |
Ikan Bakar dan Jawaban Rasa Unik Soami
Saat tiba di pesisir pantai siangau enam pondok sederhana milik desa langsung menyambut kami. Pondok dan pantai ini menjadi saksi untuk pertama kali saya merasakan uniknya Soami. Soami adalah makanan khas dari Sulawesi khususnya di Buton. Terbuat dari parutan singkong dan kelapa. Saya pernah melihat proses pembuatannya saat berkunjung ke pulau semujur.
Sayangnya saat itu saya luput mencicipinya. Tapi Alhamdulillah kami kembali dipertemukan di Teluk Limau. Lengkap dengan ikan bakar dan sambal cocol yang menggugah selera.
Rombongan pemuda desa sudah menunggu kami dipantai dan bersiap membakar ikan. Ada macam-macam ikan yang akan dibakar saat itu, dari mulai Baronang hingga buntil kotak.
Proses Bakar Ikan |
pemandangan penggugah selera |
Ikan yang telah dibakar disajikan dengan sambal kecap dan sambal colo-colo, yaitu sambal khas masyarakat Buton yang berbahan dasar jeruk kunci. Melihatnya saja membuat saya ingin nyocol dengan sebenar-benarnya nyocol.
Komposisi indah nan menggoda |
Belum lagi dua bongkah soami yang bersanding mesra bersama ikan bakar dan sambal. Rasa lapar dan penasaran berbaur akrab dibenak saat melihat menu yang tersaji di pondok saat itu.
Sampai akhirnya waktu makanpun tiba. Kunyahan demi kunyahan dilakukan tanpa hambatan yang berarti. Cocolan demi cocolan dilangsungkan dengan bertubi-bertubi. Sampai akhirnya perut mulai berteriak, "cukup".
Terus bertahan hingga Kunyahan Terakhir |
Soami masih tegak angkuh menantang meski tinggal setengah. Dan kamipun menyudahi sesi makan ikan bakar di Pantai Siangau Saat itu.
Semoga Siangau akan terus menjadi sicantik yang menggoda banyak wisatawan dari berbagai daerah.
0 Komentar