Bernostalgia Di Museum Kata Andrea Hirata

Sudut Warna-warni
Masuk ke museum Kata Andrea Hirata itu seperti bernostalgia tentang film perjuangan Lintang, ikal, mahar dan kawan-kawan dalam laskar pelangi. Intinya Mereka para ksatria yang berjuang meraih mimpi ditengah keterbatasan.







Museum ini juga seperti etalase hikmah dari historical event-nya Andrea yang sejak kecil diajarkan untuk memegang teguh mimpi dan meraihnya menjadi nyata.
Tapi sejak film terakhir yang digarap berdasarkan novelnya muncul, kita sepertinya harus nunggu lama buat nonton film  adaptasi novel Andrea selanjutnya. Atau jangan-jangan memang nggak akan ada lagi film yang diadaptasi dari tetraloginya laskar pelangi, atau karyanya Andrea Hirata. Tungguin aja.
Dan tidak terasa sudah sembilan tahun yang lalu sejak film laskar pelangi pertama muncul didunia perfilman tanah air. Jujur saya empat kali nonton film ini dibioskop waktu kuliah di Jatinangor.  Sepakat kan kalau film laskar pelangi itu inspiratif pakai banget?.
Ruang Tengah dari Museum Kata
Dinding Halaman Museum Kata

Kisah yang menggurat dihati dan pantang lekang itu terkuak kembali saat masuk ke Museum kata Andrea Hirata di Gantung Belitung Timur (note: kalimat ini sengaja dibikin berat biar agak sastrawi).  Nggak cuman inget tentang filmnya tapi juga hal-hal yang pernah dilakuin berkaitan dengan Rainbow Troops ini. 
Seperti serunya nobar Film laskar pelangi bareng Mamah dan adek-adek di BIP, Bahagia punya materi ngobrol panjang sama gebetan tentang film laskar pelangi. Ngerasa lagi tentang sensasi betapa menyenangkannya nangkring dipojokan kampus sambil baca novel Laskar Pelangi. Atau serunya ngomentarin film ini disela-sela obrolan santai ditongkrongan dan selalu diawali dengan kata 
"udah nonton laskar pelangi?" Pertanyaan itu terdengar seperti "bedah film  laskar pelangi  kuys!!?" 
Pake tanda  seru lengkap question Mark-nya biar ditanggepin. Dan isinya selalu ada sesi membandingkan film dengan novelnya. Hingga ke sesi-sesi yang lain yang paling remeh temeh. Yahhh guratan apaan sih nih!? hahahaha. Tapi emang itu yang diinget waktu masuk museum kata Andrea Hirata.
Salah satu Ruang Sastra

Yang ngerasa betapa suksesnya film laskar pelangi nyelinap dihati penontonnya. Pasti merasakan juga sensasi yang saya rasakan saat datang ke museum kata Andrea Hirata. Kalau nggak!?, mohon maaf lahir batin. Kita memang mbeda (Mbe jeung Kuda).
Bersyukur bisa kesini karena berkali-kali ke Belitung dan baru kali ini bisa masuk leluasa ke museumnya. Nyusurin langsung rumah bekas pegawai timah yang sengaja dipugar untuk kepentingan literasi bangsa.
Kumpulan Novel Laskar Pelangi Terjemahan 

Dari setiap pajangan yang ada disetiap ruangan kita jadi tahu tentang pentingnya melek soal sastra. Novel Andrea yang berhasil diterjemahkan keberbagai bahasa dari negara-negara besar didunia adalah contohnya.
Tidak hanya soal laskar pelangi kita juga bisa belajar sedikitnya 200 literatur dari berbagai genre di museum kata, seperti literatur musik, film, anak, seni  hingga literatur arsitektur. Pokoknya lengkap-kap-kaps! yaa walaupun nggak pake banget. Ada satu ruangan yang disulap menjadi kedai kopi, yaitu Kedai Kupi kuli. Baca selengkapnya tulisan tentang Kupi Kuli disini. Nggak lengkap rasanya kalau tidak mencoba panasnya kopi di kedai ini.
Sudut Kedai Kupi Kuli
Spot foto sekaligus nyantai
sekolah yang dibuat mirip dengan replika sekolah laskar pelangi
Total ada enam hingga tujuh ruang di Rumah pertama Museum Kata dengan dua kamar, tiga ruang utama dan keluarga serta satu dapur yang digunakan sebagai kedai kupi. Selain bangunan utama juga terdapat bangunan lain dibelakangnya, seperti ruang baca, kelas yang menyerupai Replika sekolah Laskar Pelangi dan digunakan sebagai sekolah gratis bagi anak Gantung. Serta beberapa ruang pentas seni lainnya. Yah intinya Museum ini menyuguhkan pojok literasi yang nyaman, menginspirasi dan yang paling penting berhasil membuat saya  flashback dan menguak kisah-kisah dulu yang menggurat sanubari (note: kalimat ini sengaja dibikin berat biar agak sastrawi)

Berkeliling di museum kata Andrea Hirata seolah memberi ruang untuk bernostalgia tentang film inspiratif, kisah yang memompa motivasi dan realita sastra ala Andrea Hirata. 




0 Komentar